Minggu, 03 Juli 2016

Catoptrophobia ( Spectrophobia )


 Takut cermin ini adalah fobia spesifik yang ditandai dengan rasa takut terus-menerus luar biasa dari cermin. Seseorang yang menderita ketakutan abnormal ini cermin atau refleksi sendiri mungkin memiliki mendasari diri kekhawatiran. Ketakutan mungkin produk dari peristiwa traumatis atau pengalaman yang melibatkan cermin di masa lalu, sering pada anak usia dini. Atau mungkin dapat menjadi hasil dari takhayul seseorang sedang diawasi oleh seseorang melalui cermin. Dalam beberapa kasus, penderita memiliki harga diri rendah berhubungan dengan penampilan fisik pribadi atau penampilan. Hal ini membuat salah satu untuk menghindari cermin sehingga untuk menghindari melihat refleksi sendiri. Sebuah catoptrophobic mungkin takut bahwa suatu peristiwa yang melibatkan melanggar cermin dapat membawa sial. Dalam beberapa kasus, catoptrophobia atau yang biasa disebut spectrophobia ini menyebabkan seseorang takut entitas berjalan keluar dari cermin atau takut adanya 'hal-hal lain di dalam cermin. Mereka yang catoptrophobia dapat menderita sejumlah gejala. Reaksi mungkin berbeda dari satu orang ke orang lain dan ini terutama karena jumlah ketakutan seseorang dalam kaitannya dengan objek ketakutan. Untuk mereka yang memiliki bentuk parah dari fobia ini, itu tidak akan keluar dari tempat untuk menyatakan bahwa serangan panik juga dapat terjadi, ditambah dengan peningkatan tingkat kecemasan. Ketika catoptrophobia mulai campur tangan dengan kehidupan pribadi, saatnya untuk mencari bantuan profesional. Beberapa pilihan yang efektif yang tersedia untuk perawatan catoptrophobia adalah terapi pemaparan, teknik desensitisasi sistematis dan terapi perilaku.

Terapi pemaparan  adalah suatu tipe terapi perilaku yang asalnya didahului oleh Joseph Wolpe. Ahli terapi mendensitisasi pasien, dengan menggunakan pemaparan stimulus fobik yang serial, bertahap, dan dipacu diri sendiri. Ahli terapi mengajarkan pasien tentang berbagai teknik untuk menghadapi kecemasan, termasuk relaksasi, kontrol pernapasan, dan pendekatan kognitif terhadap gangguan. Pendekatan kognitif adalah termasuk mendorong kenyataan bahwa situasi tersebut pada dasarnya adalah aman. Aspek kunci dari terapi perilaku yang berhasil adalah (1)komitmen pasien terhadap pengobatan, (2) masalah dan tujuan yang diidentifikasi dengan jelas,(3) strategi alternatif yang tersedia untuk mengatasi perasaan pasien. Pada situasi spesifik fobia darah, injeksi, dan cedera, beberapa ahli terapi menganjurkan bahwa pasien mengencangkan tubuhnya selama pemaparan untuk membantu menghindari kemungkinan pingsan akibat reaksi vasovagal terhadap stimulus fobik. Beberapa laporan awal menyatakan bahwa antagonisadrenergic-beta dapat berguna dalam pengobatan fobia spesifik. Jika fobia spesifik adalah disertai dengan serangan panik, farmakoterapi atau psikoterapi yang diarahkan pada serangan panic mungkin juga bermanfaat (Kaplan, 2010).

Teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral klasikal.  Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif. Menurut sejarah teknik desensitisasi sitematis, Corey (2005) mengemukakan tentang latar belakang teknik ini melihat bahwa rasa takut dipelajari lewat pengkondisian, demikian juga sebaliknya rasa takut dapat dihilangkan lewat pusat pengkondisiannya.  Desensitisasi sistematis dikembangkan dalam tradisi behavioristik pada awal tahun 1950 oleh Joseph Wolpe. Asumsi dasar teknik ini adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dicegah dengan menggantikan aktivitas yang berlawanan dengan respon ketakutan tersebut. Respon khusus yang dihambat oleh proses perbaikan (treatment) ini adalah kecemasan-kecemasan atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon yang sering dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau penenangan.  Prinsip dasar Desensitisasi adalah memasukkan suatu respon yang bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi.

 Terapi tingkah laku dalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Pada dasarrnya, terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru, pengapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.

 Sumber:
- www.phobiasource.com/catoptrophobia-fear-of-mirrors/
- http://metaligan.blogspot.co.id/2012/05/fobia-darah-dan-terapi-fobia-spesifik.html
- https://retnobembi.wordpress.com/2015/05/29/terapi-behaviour-teknik-desensitisasi-sistematis/
- https://adityaadityaa.wordpress.com/2014/05/21/terapi-perilaku-behavior-therapy/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar